Tuesday 27 October 2009

Senyuman Terakhir...

24 Oktober 2009 Malam itu ayah menerima telephone, aku ga tau apa yang di bicarakan, tp aku bisa menangkap rasa khawatir dari raut mukanya yang berubah. Ya, aku pun menunggu d kamar, bersama rehan rifat, tp perasaan ku sedikit gusar, ketika mengingat wajah ayah tadi.. Tak lama, bunda mengetuk pintu kamar, dan bilang kalau malam ini juga kita semua akan berangkat ke Bandung.. Berarti benar dugaan ku, pasti ada sesuatu yg terjadi disana.. Belum sempat kutanyakan, ayah sudah menerima telephone lagi, dan ya kali ini dia terdiam, dan pelan berkata, "innalillahi"... Kulihat matanya yang sedikit berair, dan dia pun terdiam untuk beberapa saat... Tangisan nya pecah, ketika bunda memeluknya, aku pun menyusul untuk memeluknya, ya, biarpun aku bingung harus berkata apa.... Setelah beberapa saat terdiam, kami pun bersiap untuk segera berangkat.. Di mobil, aku duduk paling belakang bersama rehan rifat yang tidur terlelap di pangkuan ku... Pikiran ku kalut, antara sedih, tidak percaya, dan bingung... Sepanjang jalan yang ku ingat hanya satu, senyuman tulus yang di goreskan di bibirnya untukku saat aku menemaninya bermain di kamar bersama arga saudaraku... Tapi rasa sesal tiba" menghapiriku, ya, seandainya saja disaat dia tersenyum aku terus mamandangnya dan tidak menoleh ke tempat lain, mungkin tatapan hampa tanpa ekspressi yang selama berminggu - minggu menghias wajahnya, takan pernah kembali...

Sesampainya disana, ayah segera turun, dan aku menyusul setelahnya. Dari kejauhan, sudah terlihat orang" yang sedang memasang tenda, beberapa karangan bunga yang terjejer rapih di depan pagar, dan tamu" yang menggunakan warna baju yang senada sepertiku, hitam.. Sesampainya di depan pintu masuk, Firda memanggilku, dan memelukku erat.. Pikiranku kosong, aku tidak berbuat apa" dan hanya terdiam.. Kulihat matanya yang sembab, dan mukanya yang sedikit pucat, perlahan dia menuntunku untuk masuk kerumah..

Didalam, aku melihat sesosok wanita cantik yang mukanya tertutup kain transparan, tubuhnya terbalut kain putih, dan diselimuti kain bermotif batik. Saat itu jg kaki ku terasa lemas, seakan tidak percaya apa yang sedang kulihat... Ingin rasanya aku menangis saat ayah, menyibak kain yang menutupi wajah wanita tersebut, dan mengecup lembut pipi itu.. tapi nyatanya, aku hanya terdiam lagi, sambil terus menatap kosong. Aku terduduk, di samping ayah, dia merangkul ku, dan berbisik kepadaku dengan suara yang serak, "Kak, dulu eyang pernah bilang, kalo suatu saat nanti beliau tiada, tolong jangan di tangisi, dan sekarang yangti udah ga ada kak, jadi kita jangan sedih ya, kasihan entar yangti sedih..." ucapnya pilu... Kata" ayah seakan membangunkan ku, aku terdiam cukup lama, dan tanpa sadar, air mata jatuh dari ujung mataku, segera ku hapus, karena aku takut yangti sedih, dan akhirnya aku tersadar, bahwa eyang udah ga ada.. 24 Oktober 2009, eyang meninggalkan kita semua... Dan ternyata, senyuman waktu itu, memang merupakan senyuman terakhirnya untuk ku...

Semakin larut, tamu" pun mulai berkurang, satu persatu anak" yangti yang tinggal di luar kota mulai berdatangan... sembari menunggu, aku duduk di samping yangkung, dia memelukku dan berkata dengan isakan tangis yang membuat suaranya bergetar... "Kak, maafin kesalahan" yangti ya, sekarang yangti udah ga ada.. " ia melepaskan pelukannya, dan mencium pipiku, dapat kurasakan pipinya yang basah oleh air mata.. Dia pun segera beranjak untuk mengambil tissue, sembari berjalan di berkata, "yangti kelihatan cantik ya, dia tersenyum" Setelah mendengar itu, mataku langsung tertuju pada wajah pucat yangti, iya.. dia terlihat cantik, gumamku dalam hati..

Waktu berjalan terasa lama, berulang kali aku tertidur, tapi pagi tak kunjung tiba, tepat pukul 4 pagi aku baru bisa tertidur.. Tidak lama, aku terbangun oleh suara azan subuh.. Aku segera mengambil wudhu, dan beranjak solat.. Pukul 7, tamu" mulai berdatangan lagi, tapi yang ditunggu kami semua hanya satu, Tante Iin.. Ya, seharusnya dia datang tadi malam, tapi dia menolak dan memilih untuk datang keesokan harinya.. Bukan, bukan berarti dia gak sayang sama yangti, dia hanya kesal karena tidak diberitahu dari awal, kalau yangti sudah tidak mau makan, tepatnya pada malam kamis.. Setelah mandi dan sarapan, aku dan firda duduk termangu di kamar ibunya.. Arga sudah berangkat ke Jakarta untuk urusan Band.. Sebetulnya dia lebih memilih untuk tinggal, tp dia sudah tanda tangan contract dan udah menerima upah awal.. Sebelum berangkat, kata firda,Arga menangis lagi di sebelah yangti.. Akhirnya orang terakhir yang di tunggu tiba.. Ya, Tante Iin datang dengan tergesa-gesa.. aku yang sedang terduduk di sebelah tubuh kaku yangti segera bergeser sedikit.. Aku membantu nya untuk membuka kain yang menutupi muka yangti, samar" aku mendengar isak tangis darinya, tiba" air mataku jatuh begitu saja, nyatanya aku juga tidak sanggup menahan tangis ini dari tadi malam, disaat dia mencium pipi eyang, nafasku semakin menderu, tangisku sedikit terdengar.. Firda segera memelukku dari belakang, bisa kurasakan jg isak tangis nya ketika dia menaruh wajahnya di pundakku, aku memilih untuk membuang muka ketika Bude Niniek, mulai membalut wajah eyang dengan kain putih yang tadi malam di buka..

Setelah di solatkan, kita semua berangkat ke TPU gumuruh, tidak begitu jauh dari rumah, tp cukup sulit untuk di temukan, karena tempatnya yang terpencil... Setelah sampai, aku turun dari mobil, dan detak jantung tidak beraturan... Firda terus menggenggam tangan ku erat, di sebelahku Tante Iin berjalan, sembari terus mengusap air matanya.. Disaat tubuh eyang akan diturunkan ke liang kubur, tangis Firda makin kencang, tak terasa air mataku juga mengalir... aku memeluknya dan berkata agar tangis nya berhenti, tp nyatanya, aku sendiri gak kuat ketika melihat yangkung yang terduduk lemas sembari berkata selamat tinggal ketika tumpukan tanah mulai menutupi tubuh eyang untuk selama -lamanya... ya, tangisku sedikit lebih keras terdengar, tpi aku memilih untuk menutupi wajahku dengan topi yang sedang kukenakan... Tiba" saja aku makin keras menangis ketika Tante Iin berkata lembut, "Bu, nanti kita ketemu lagi ya, di surga...", samar dapat kulihat dia menyunggingkan senyum ikhlas dari mataku yang berkaca".. Tante Iin segera memelukku, saat dia menyadari tangisanku, dan ya, dia membiarkan ku menangis di pelukannya... Setelah pemakaman selesai, kami semua pulang, perlahan, isak tangis yang tadi pecah mulai mereda... Karena kami gak mau bikin yangti khawatir melihat kita semua menangis.. Sore itu, setelah semua tamu pulang, kita semua duduk bersama dan bercerita - cerita kecil, untuk mencairkan suasana duka, yang gak boleh berlama"..

Kuharap yangti bahagia disana, biarpun eyang udah ga disini, kita semua janji akan terus ingat sama eyang.. Aku berharap, Tuhan memberikan tempat yang terbaik untuk eyang disisiNya.. Amin...

So, Sekian dulu posan gua sekarang... Sorry klo gak pake pendahuluan dulu.. hahaha.. Next time, kita lanjutin lagi cerita radikalnya! Ok folks!! Hahaha... Bye guys!! Smell ya next time!!

No comments: